Minggu, 11 Maret 2012

PSIKOTERAPI UNTUK ANAK AUTIS

Orangtua yang memiliki anak autis hampir selalu menghadapi kebingungan setiap putra-putrinya memasuki tahap perkembangan tertentu. Setelah mendapatkan diagnosis autis, orangtua terkadang bingung mencari penanganan yang tepat. Permasalahan semakin rumit ketika anak memasuki usia pubertas atau masa remaja. Orangtua memang harus lebih bersabar dan mau memberikan waktu lebih banyak untuk memberikan perhatian kepada anak-anak autis.
Keadaan bermula ketika orangtua sejak dini mempersiapkan anak untuk lebih mandiri. Membantu anak untuk melakukan rutinitas sendiri, memberi pengetahuan akan perubahan, memperhatikan gaya bicara dengan anak, dan membantu anak meningkatkan perilakunya. Selain memberikan contoh, berikan penjelasan juga melalui gambar. Pasalnya, jika hanya menggunakan kata-kata, anak autis akan sulit memahaminya.
Para orangtua yang memiliki anak autis akan berharap bahwa anaknya bisa sembuh walaupun tidak 100% (sembuh total). Hingga berbagai cara pengobatan yang dilakukan baik secara modern maupun secara tradisional. Namun seringkali sangat sulit untuk menemukan terapi yang tepat untuk menyembuhkan atau paling tidak meringankan beban orang tua dan anak penderita autis.
Orang tua hendaknya harus mencoba berbagai terapi. Setidaknya dengan terapi keadaan agar si anak menjadi lebih baik. Saat ini, ada berbagai terapi autis, baik yang diakui oleh dunia medis maupun yang masih bedasarkan disiplin ilmu tradisional. Misalnya, terapi musik lewat terapi ini, musik diharapkan memberikan getaran gelombang yang akan berpengaruh terhadap permukaan membran otak. Secara tak langsung, itu akan turut memperbaiki kondisi fisiologis. Harapannya, fungsi indera pendengaran menjadi hidup sekaligus merangsang kemampuan berbicara.
Ada lagi terapi untuk anak autis dengan ikan lumba-lumba. Karena lumba-lumba bisa dijadikan sarana terapi karena mampu berinteraksi dengan manusia. Ketika berinteraksi dengan lumba-lumba, hormon endorfin pada manusia meningkat. Hal ini membuat terbentuknya keseimbangan antara otak kiri dan kanan. Gelombang ultrasonik, hasil stimulasi suara-suara atau sonar yang dikeluarkan lumba-lumba, mampu diterima dengan sempurna oleh manusia.
Gelombang suara yang dipancarkan lumba-lumba ternyata berpengaruh pada perkembangan otak anak autis. Stimulasi-stimulasi yang dilakukan lumba-lumba pada panca indra memungkinkan dicapainya kesembuhan bagi manusia.
Suara lumba-lumba membuat rileks dan perasaan menjadi lebih tenang. Sentuhannya merangsang saraf sensoris, pendengaran, penglihatan, dan konsentrasi anak. Setelah bermain dengan lumba-lumba, anak menjadi lebih konsentrasi, sehingga memacu semangat belajar. Dalam perkembangannya, lumba-lumba tidak hanya diperuntukkan bagi anak-anak down syndrome atau autis saja, juga untuk orang dewasa yang mengalami gangguan mental dan sensor saraf indra.

Sumber :
- Warta kota (parenting)
- http://nasional.kompas.com/
- http://www.gelombangotak.com/