Pada awal abad 17, René Descartes mengemukakan bahwa tubuh
hewan bukanlah apa-apa melainkan hanya mesin-mesin yang rumit. Blaise Pascal
menciptakan mesin penghitung digital mekanis pertama pada 1642. Charles Babbage
dan Ada Lovelace bekerja pada mesin penghitung mekanis yang dapat diprogram. Manusia
masih berusaha untuk menciptakan mesin yang lainnya. Pada tahun 1769, dataran
Eropa dikejutkan dengan suatu permainan catur yang dapat menjawab langkah-langkah
permainan catur yang belum ditentukan terlebih dahulu.Tahun 1950-an adalah
periode usaha aktif dalam artificial intellegence. Program program artificial
intellegence pertama yang bekerja ditulis pada 1951 untuk menjalankan mesin
“Ferranti Mark I” di University of Manchester (UK): sebuah program permainan
naskah yang ditulis oleh Christopher Strachey dan program permainan catur yang
ditulis oleh Dietrich Prinz. John McCarthy membuat istilah "Artificial
Intelligence/kecerdasan buatan" pada konferensi pertama yang disediakan
untuk pokok persoalan ini, pada 1956.
Menurut McLeod (2007) Bibit AI pertama kali disebar hanya 2 tahun
setelah General Electric menerapkan computer yang pertama kali digunakan untuk
penggunaan bisnis. Tahun ini adah tahun 1956, dan istilah kecerdasaan buatan
pertama kali dibuat oleh John McCarthy sebagai tema suatu konferensi yang
dilaksanaan di Dartmouth College.
Kecerdasan buatan yang kuat adalah
istilah yang diperkenalkan oleh John
Searle pada tahun 1980 didalam artikelnya "Pikiran, Otak, dan Program".
Penawaran kuat pada
penelitian kecerdasan buatan dengan penciptaan beberapa
bentuk kecerdasan buatan berbasis komputer yang
benar-benar dapat menjadi
alasan dan memecahkan
masalah, suatu bentuk kuat dari AI
dikatakan hidup, atau
sadar diri. Beberapa percaya bahwa bekerja di AI yang kuat pada
akhirnya akan mengarah pada
komputer yang kecerdasan sangat melebihi manusia (Deshpande, 2009).
Ilmu yang mempelajari
cara membuat komputer dapat bertindak dan memilki kecerdasan seperti manusia
disebut kecerdasan buatan. Periode penelitian artificial intelligence ini
didominasi oleh suatu keyakinan bahwa nalar yang digabung dengan computer
canggih akan menghasilkan prestasi pakar atau bahkan manusia super (Kusrini,
2006).
Menurut Maryono &
Istiana (2007) Dengan menggunakan kecerdasan buatan (artificial intelligence),
mampu melakukan percakapan dengan manusia, menggunakan masukan virtual, dan
mampu belajar dari pengalamannya sendiri. Jadi, cirri-ciri computer masa depan
adalah memiliki kemampuan melihat, mendengar, berbicara, berpikir sertamampu
membuat kesimpulan seperti manusia.
Kecerdasan buatan adalah bidang yang
berkembang pesat dari rekayasa
dengan tujuan utama untuk membangun mesin yang mampu bertindak dan berpikir seperti manusia. Tahap awal
AI dengan mengembangkan
program untuk membuktikan teorema
dan bermain game. AI modern meliputi berbagai
alat dan teknik untuk manusia
seperti penalaran bahasa, belajar, perencanaan dan pengenalan pola (Kumar, 2008).
Ilmuwan
bekerja di
cabang ilmu komputer yang disebut kecerdasan buatan, atau AI. Hanya
menempatkan kecerdasan buatan sebagai ilmu menciptakan mesin
untuk memecahkan masalah dan melakukan pekerjaan yang terlalu rumit untuk otak
manusia untuk melakukan dengan
sendirinya. Ini telah mengubah
dunia kita dalam cara yang menarik
dan menakjubkan. Tapi contoh-contoh lain dari kecerdasan buatan yang sangat
umum dan akrab bahwa anda mungkin tidak menyadarinya.
Komputer yang Anda gunakan setiap hari?,
ini adalah contoh kecerdasan buatan dalam tindakan (Harris, 2011).
Menurut
Taufiq (2006) Kemampuan manusia dalam mendapatkan ilmu pengetahuan mengacu pada
kemampuannya dalam mengolahnya dengan baik. Walaupun eksistensi kajian
psikologi kognitif hanyalah “waktu” dalam dunia psikologi, namun pengamatan
yang dilakukannya mulai menunjukkan konsep dan modelnya. Pengamatan awal yang
dilakukannya adalah dengan memilih model computer yang menyerupai proses yang
terjadi dalam otak manusia. otak manusia dianggap menyerupai computer dan bukan
sebaliknya.
Menurut
Fatta (2009) kebanyakan dari kita menerjemahkan kata kesadaran ini dalam format
yang lebih familiar dengan kata kognisi (cognition)
, yaitu sejenis kesadaran tentang diri, tentang interaksi dengan dunia luar,
tentang bagaimana proses berpikir terjadi dan kemampuan kita untuk paling tidak
mengendalikan secara parsial proses ini. Yang jelas, kecerdasan tidak mungkin
hadir tanpa adanya kesadaran. Kesadaran bisa dijadikan tanda hadirnya
kecerdasan. Jika suatu mesin bisa menampilkan kecerdasan seperti manusia maka
mesin itu dikatakan memiliki conscious. Pengetahuan
tentang mekanisme fungsi manusia sebagai pengguna komputer. Hal ini menyangkut
antara lain psikologi kognitif, tingkat perceptual, dan kemampuan motorik bagi
penggunanya. Berbagai aplikasi kecerdasan buatan yang menunjukan bahwa 40
sampai 50 persen dari keseluruhan statemen pada program aplikasi tersebut dan
memori yang ada diperuntukkan bagi antarmuka (Santoso, 2009).
Dengan penggunaan
teknik-teknik kecerdasan buatan, kemampuan-kemampuan yang menunjukkan
kecerdasan tersebut dimiliki sebuah sistem pakar. Kemampuan-kemampuan ini
membuat sebuah sistem pakar mampu meniri perilaku seorang pakar dalam
menghadapi masalah di bidang tertentu, sehingga dapat membantu manusia
memecahkan persoalan-persoalan yang sebelumnya hanya dapat diselesaikan oleh
seorang pakar (Juanda, 2006).
Menurut Kusrini (2008)
sistem pakar adalah aplikasi bebasis computer yang digunakan untuk
menyelesaikan masalah sebagaimana yang dipikirkan oleh pakar. Pakar yang
dimaksud disini adalah orang yang mempunyai keahlian khusus yang dapat
menyelesaikan masalah yang tidak dapat diselesaikan oleh orang awam. Seorang
pakar/ahli (human expert) adalah seorang individu yang memiliki
kemampuan pemahaman yang superior dari suatu masalah. Misalnya: seorang dokter,
penasehat keuangan, pakar mesin mobil, dll. Kemampuan kepakaran:
o Dapat
mengenali (recognizing) dan merumuskan masalah
o Menyelesaikan
masalah dengan cepat dan tepat
o Menjelaskan
solusi
o Belajar dari
pengalaman
o Restrukturisasi
pengetahuan
o Menentukan
relevansi/hubungan
o Memahami batas kemampuan
- Sistem Pakar
1. Knowledge
base terpisah dari mekanisme pemrosesan (inference)
2. Program bisa
melakukan kesalahan
3. Penjelasan (explanation)
merupakan bagian dari ES
4. Data tidak
harus lengkap
5. Perubahan
pada rules dapat dilakukan dengan mudah
6. Sistem
bekerja secara heuristik dan logik
- Suatu sistem dikatakan sistem pakar apabila memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1. Terbatas pada
domain keahlian tertentu
2. Dapat memberikan penalaran untuk
data-data yang tidak pasti
3. Dapat mengemukakan rangkaian
alasan-alasan yang diberikannya dengan cara
yang dapat
dipahami
4. Berdasarkan
pada kaidah atau rule tertentu
5. Dirancang
untuk dikembangkan sacara bertahap
6. Keluarannya
atau output bersifat anjuran.
- Adapun banyak manfaat yang dapat diperoleh dengan mengembangkan sistem pakar :
1. Masyarakat
awam non-pakar dapat memanfaatkan keahlian di dalam bidang
tertentu tanpa
kesadaran langsung seorang pakar
2. Meningkatkan
produktivitas kerja, yaitu bertambahnya efisiensi pekerjaan
tertentu serta
hasil solusi kerja
3. Penghematan
waktu dalam menyelesaikan masalah yang kompleks
4. Memberikan
penyederhanaan solusi untuk kasus-kasus yang kompleks dan
berulang-ulang
5. Pengetahuan
dari seorang pakar dapat dikombinasikan tanpa ada batas waktu
6. Memungkinkan
penggabungan berbagai bidang pengetahuan dari berbagai
pakar untuk dikombinasikan.
Dalam penyusunannya,
sistem pakar mengkombinasikan kaidah-kaidah penarikan kesimpulan (inference
rules) dengan basis pengetahuan tertentu yang diberikan oleh satu atau lebih
pakar dalam bidang tertentu. Kombinasi dari kedua hal tersebut disimpan dalam
komputer, yang selanjutnya digunakan dalam proses pengambilan keputusan untuk
penyelesaian masalah tertentu.
Sumber :
1. http://www.psychologymania.com/2011/10/artificial-intelligence-kecerdasan.html
2. Mcleod. (2007).
Sistem Informasi Manajemen (ed.10). Jakarta : Penerbit Salemba Empat
3. Kusrini. (2006). Sistem pakar teori dan aplikasi. Yogyakarta : Penerbit Andi
4. Kumar, E. (2008). Artificial Intelligence. New Delhi : L.K International Pusblishing House
5. Maryono, Y & Istiana, B. P. (2007). Teknologi Informasi & Komunikasi 1. Jakarta : Penerbit Quadra
6. Deshpande, N. (2009). Artificial Intelligence. India : Technical Publications Pune
7. Harris, M. C. (2011). Artificial Intelligence “Cool Science”. United States : Q2AMedia
8. Taufiq, M. I. (2006). Panduan Lengkap dan Praktis Psikologi Islam. Depok : Penerbit Gema Insani
9. Fatta, H. A. (2009). Rekayasa sistem pengenalan wajah. Yogyakarta : Penerbit Andi
10. Santoso, I. (2009). Interaksi Manusia dan Komputer Edisi 2. Yogyakarta : Penerbit Andi
11. Juanda, H. A. (2006). Torch
Akibat & Solusinya. Solo : Penerbit PT Wangsa Jatra Lestari
12. Kusrini. (2008). Aplikasi sistem pakar,
menentukan faktor kepastian pengguna dengan metode. kuantifikasi pertanyaan. Yogyakarta
: Penerbit Andi
13. http://journal.uii.ac.id/index.php/media-informatika/article/viewFile/106/66
14. ukyku.files.wordpress.com/2008/02/sistem-pakar-3.doc
15. http://informatika-unkris.ac.id/img/buku/sistem-pakar-5.pdf
Join this AI revolution by registering in AI Patasala's IIT & IIM experts-driven AI Training in Hyderabad program.
BalasHapusArtificial Intelligence Institute in Hyderabad